Setan Merah Datang Bangkit Tepat Pada Waktunya

Setan Merah Datang Bangkit Tepat Pada Waktunya – Louis van Gaal benar-benar menunjukkan kualitasnya sebagai salah satu pelatih top dunia yang memiliki segudang pengalaman. Dari awal kedatangannya menggantikan David Moyes, dan diharapkan meneruskan titah Sir Alex Ferguson. Van Gaal justru banyak dipandang sebelah mata saat musim 2014-15 bergulir.

Mulai dari kritikan formasi tiga bek yang terus dicibir – bahkan dari legenda klub, Gary Neville dan Paul Scholes – hingga metode melatihnya yang keras dan tanpa pandang bulu. Namun ia membuktikan kalimat ‘seorang yang hebat, dapat mengatasi masalah di situasi sulit’ itu benar adanya.

Dihadapkan pada target wajib mengakhiri musim di empat besar dan bermain di Liga Champions musim depan. Van Gaal menemukan strategi jitu yang mungkin bisa menyelamatkan ‘nyawanya’ saat Premier League memasuki fase krusial akhir musim.

Enam kemenangan beruntun langsung diraih United, dan tiga di antaranya atas klub-klub pesaing langsung di zona Liga Champions, atau yang disebut Van Gaal sebagai “pacuan tikus”. United menang meyakinkan 3-0 melawan Tottenham Hotspur, 2-1 atas Liverpool, dan memerahkan kota Manchester dengan kemenangan 4-2 melawan Manchester City.

Formula Paten Van Gaal

Tak banyak yang menyangka cedera Robin van Persie yang notabene anak kesayangan Van Gaal justru menjadi awal cahaya United. Van Gaal bereksperimen dengan formasi 4-3-3 yang di atas kertas menjadi formasi 4-1-4-1, skema yang disukainya sejak lama.

“Semuanya tahu sistem yang saya sukai adalah 4-3-3, dengan seorang gelandang bertahan dan pemain nomor 10 (playmaker) di belakang penyerang. Formasi itu bergantung dengan kualitas pemain dan lawan, ini sistem yang sangat mudah untuk mendominasi pertandingan. Di seluruh posisi berbentuk segitiga, dan itu memberikan pemain setidaknya dua opsi,” kata Van Gaal di Sky Sports.

Wayne Rooney dikembalikan ke habitatnya sebagai penyerang, Ander Herrera dan Juan Mata bersatu padu memperlihatkan kejeniusan pesepakbola Spanyol dalam mendistribusikan alur bola, mengatur permainan, dan melakukan pergerakan tanpa bola. Michael Carrick? Kembali menjadi bos di lini tengah dan membuat pemain lainnya leluasa bergerak.

Lebih jelasnya dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, formasi 4-1-4-1 ini bentuk kejeniusan Van Gaal. Mata yang sejatinya playmaker di belakang penyerang, dijadikan false right winger namun dengan posisi yang bebas. Ia bisa masuk dan menusuk ke lini tengah, sementara Antonio Valencia mengisi posisinya di sebelah kanan.

Heat map Mata saat melawan City menunjukkan pergerakannya tidak stagnan di satu posisi. Ia bergerak bebas dari satu posisi ke posisi lainnya, bersama dengan Herrera. Eks Valencia dan Chelsea ini juga rajin membantu pertahanan, melapis Valencia yang notabene bukan bek sayap sejati dan kerapkali kerepotan apabila bertahan.

Riskan memang jika United kecolongan dari serangan balik di zona tersebut, tapi di sinilah peran Carrick terasa. Eks Tottenham Hotspur ini akan meng-cover lini tengah sekaligus jadi tembok pertama yang menghadang serangan lawan di berbagai zona. Carrick mengalirkan bola dari ke segala arah dengan visi bermainnya – 54 operan berhasil dilakukannya melawan City. Ia mengambil alih lini tengah dan jadi pengoper terbanyak di antara semua pemain di laga tersebut.

Herrera bergerak bebas membantu pertahanan dan serangan, bisa dibilang gaya bermainnya seperti gabungan antara Andres Iniesta dan Scholes. Ia gemar menusuk ke kotak penalti lawan, dan melakukan tendangan jarak jauh dan bola lekat di kakinya. Keberadaannya memudahkan Carrick dalam mendistribusikan alur bola. Kala melawan City akurasi umpan Herrera mencapai 84,6%, ia juga 69 kali menyentuh bola, dua kali melakukan umpan yang berpotensi berujung gol, dan ia pun sangat rajin membantu pertahanan dengan tiga tekel, dua intercept dan dua sapuan bola.

Heat map Herrera di Derby Manchester memperlihatkan bahwa Van Gaal membuat keputusan tepat saat menjual Darren Fletcher ke West Bromwich Albion untuk memberikan tempat bagi eks pemain Athletic Bilbao tersebut. Pergerakannya yang tanpa kenal lelah menjajah seluruh lapangan sangat mirip dengan mantan anak emas Sir Alex Ferguson itu. Herrera hampir terlibat di semua serangan yang dibangun Setan Merah, dan pergerakannya dengan Mata dan Young membuat Yaya Toure serta Fernandinho kewalahan menguasai lini tengah.

Marouane Fellaini seakan menjadi pembelian baru musim ini. Setelah datang dan ikut ‘dilempari tomat’ oleh fans musim lalu karena dianggap gagal seperti Moyes, Fellaini bangkit dan menunjukkan kualitasnya. 100 persen bola lambung diarahkan kepadanya. Target man sejati di Man United saat ini adalah dirinya dan bukan Rooney.

Di Derby Manchester, Fellaini memenangkan delapan duel udara, dua sapuan bola, dua kali meng-intercept bola, satu kali memenangkan tekel dan membuat satu gol. Duelnya dengan Toure berlangsung sengit – kedua pelatih agaknya memberikan tugas yang serupa sehingga kedua pemain saling mengawal satu sama lain.

Tak hanya itu, Fellaini juga menahan bola dengan baik sehingga pemain United lainnya tinggal menunggu bola diberikan darinya. Pada saat inilah Ashley Young di sisi kiri bisa bergerak bebas, cut-in ke dalam kotak penalti, atau memberikan umpan silang.

Sistem inilah yang saat ini bekerja di United, dan Van Gaal ternyata juga percaya filosofi ‘Don’t change your winning team’. Sejak kalah dari Swansea City 21 Februari dan menang dari Sunderland serta Newcastle United di laga berikutnya, Van Gaal mempertahankan komposisi tim dari laga melawan Spurs, Liverpool, Aston Villa dan City.

Hanya barisan bek yang dirombaknya, terutama bek tengah. Phil Jones bergantian berduet dengan Chris Smalling dan Marcos Rojo, di kiri tetap ditempati Daley Blind dan kanan oleh Valencia.

Cara ini mungkin riskan jika United bermain di berbagai kompetisi, namun saat ini Premier League fokus satu-satunya United untuk mengakhiri musim di zona Liga Champions. Bagi sebagian besar fans, kembali bermain di Liga Champions musim depan jelas menjadi sebuah ‘trofi’ di musim pertama Van Gaal.

Permasalahan bakal dihadapi Van Gaal saat Van Persie kembali fit. Bisa jadi sang meneer bingung menempatkannya di skema yang sudah berjalan, memainkannya di depan mengancam posisi Rooney yang mungkin bisa jadi mundur ke tengah. Memainkan dua penyerang juga riskan karena musim akan segera berakhir dan United masih akan harus menghadapi Chelsea serta Arsenal.