Agen Bola – Inikah Akhir Era Keemasan La Roja?

2109660

Rio de Janeiro – Xavi Hernandez keluar dari Arena Fonte Nova dengan kepala tertunduk, mata lelah, dan pakaian lusuh. Berjalan gontai melewati deretan wartawan Spanyol yang menatap lantai, dan tak berusaha menyapa apalagi mengajukan pertanyaan.

Di belakangnya, Andres Iniesta mencoba menegakan kepala tapi tak bisa. Otot lehernya seolah tak cukup kuat membuat kepalanya tegak. Ia tertunduk.

David Ornstein, wartawan bbc.co.uk, menulis; “Dua gelandang terbesar dalam sejarah sepakbola Spanyol putus asa, rendah diri dan terhina, lelah dan sedih.”

Keduanya punya alasan untuk merasa seperti itu. La Roja dikalahkan Belanda 1-5; kekalahan terbesar juara bertahan sepanjang sejarah Piala Dunia.

Orang Spanyol yang berusaha optimistis mengatakan; “Empat tahun lalu kami juga kalah di laga pertama, tapi bisa pulang dengan trofi Piala Dunia 2010 Afrika Selatan.”

Itu bukan sikap optimistis, tapi cara menghibur diri. Empat tahun lalu, Swiss mencetak gol lebih dulu, merapatkan barisan belakang, dan menang. Belanda sebaliknya.

Setelah unggul 2-1, Belanda sama sekali tidak mengubah pemainan. Tetap terbuka, menyerang dan menyerang, sampai akhirnya mencetak tiga gol lagi.

Ini bukan kekalahan biasa, tapi tak terduga dan berpotensi merusak. Spanyol pernah mengalaminya di tahun 1950. Mereka datang sebagai tim tak terkalahkan di kualifikasi, diperkuat pemain dengan rata-rata 60 caps, dan tak kebobolan dalam 10 laga.

Saat konferensi pers, pelatih Vicente del Bosque tetap membela pemainnya. Terlebih ketika wartawan mengatakan; “Anda datang ke Brasil dengan membawa skuad veteran.”

Menurut Del Bosque, tim yang dibawanya masih yang terbaik. Namun kepada staf pelatih dia mengatakan; “Jangan-jangan yang dikatakan wartawan itu benar. Kita membawa skuad veteran.”

Del Bosque berusaha membandingkan Spanyol-Belanda di final 2010, dan Spanyol-Belanda di Piala Dunia 2014. Empat tahun lalu, Belanda menggunakan pendekatan fisik yang cenderung brutal. Kini, Belanda tampil ‘brutal’ secara teknik, dengan lima gol ke gawang Ikker Casillas.

Pertanyaannya, inikah akhir tiki-taka dan era keemasan sepakbola Spanyol?

Indikasi akhir tiki-taka sebetulnya telah terlihat ketika tahun lalu Spanyol kesulitan melawan Italia dan dikalahkan Brasil di final Piala Konfederasi.

Sebelum laga melawan Belanda, Xavi mengatakan Spanyol akan menang atau mati dengan tiki-taka. Usai laga, Xavi sama sekali tidak mengatakan bahwa Spanyol masih memainkan tiki-taka.

Yang pasti, skuad Del Bosque kehilangan kemampuan memperlihatkan identitasnya. Sialnya, mereka dikalahkan skuad yang tujuh pemainnya gagal bersinar di La Liga bersama Barcelona.

Jadi, tiki-taka dikalahkan sekumpulan pemain yang dianggap tidak layak memainkan gaya yang mengatar Spanyol ke podium juara Piala Dunia 2010.